Di tengah riuhnya lanskap musik independen Indonesia, muncul sebuah suara baru yang pelan namun menghantam: Eighthēaven. Proyek solo bergenre shoegaze ini adalah karya dari Syahryan Shaquille Abrar, atau yang akrab disapa Ryan, yang akhirnya merilis debut track-nya secara mandiri.
“Black and Blue”, judul single perdananya, menjadi pembuka dari perjalanan emosional Ryan di dunia musik. Lagu ini bukan sekadar karya, tapi juga representasi dari fase hidup yang penuh kehilangan, kegelisahan, dan pencarian akan makna. Ia menulisnya sebagai bentuk pelarian sekaligus penerimaan—tentang luka yang tak lagi bisa disimpan sendiri.
Ryan mengaku bahwa Eighthēaven adalah bentuk “gema dari rasa yang sering tak punya ruang.” Proyek ini lahir dari kebutuhan untuk mengekspresikan apa yang tak bisa diutarakan lewat percakapan biasa. “Kadang, rasa sedih itu terlalu dekat, terlalu akrab, dan musik adalah satu-satunya jalan keluar,” ungkapnya.
Nama Eighthēaven sendiri diambil dari konsep spiritualitas yang menyebut bahwa surga memiliki tujuh tingkatan. Maka, “surga kedelapan” menjadi metafora untuk tempat personal—ruang aman yang dibentuk dari pengalaman, ketenangan, dan kebebasan batin. Meski Ryan menyebut dirinya bukan orang religius, ia menjadikan simbol surga sebagai lambang perjalanan menuju versi terbaik dari dirinya.
Lagu “Black and Blue” mengisahkan tentang berbagai bentuk kehilangan: cinta, sahabat, keluarga, bahkan versi diri sendiri yang telah berubah atau hilang. Namun di balik kesedihan yang pekat, terselip pesan bahwa kehilangan bukanlah akhir. Ada ruang untuk menerima, berjalan perlahan, meski terseok.
“Time heals all wounds, but if it doesn’t, suffer like the rest of us. But don’t suffer in silence—we’re walking through this together.”
Dengan lirik yang puitis dan aransemen shoegaze yang melankolis namun penuh ruang, Eighthēaven hadir bukan untuk menyembuhkan, tapi untuk menemani. Sebuah undangan untuk merangkul luka, dan berjalan bersama dalam kabut yang mungkin tak kunjung reda.
Eighthēaven adalah suara untuk yang diam. Dan untuk siapa pun yang pernah merasa sendiri dalam duka, mungkin ini adalah suara yang selama ini ditunggu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar