Stambul Arkipelagia: Vol. 2, Fragmen-Fragmen Lanjutan dari Sebuah Distopia - negerimusik.com

Breaking

11/11/2025

Stambul Arkipelagia: Vol. 2, Fragmen-Fragmen Lanjutan dari Sebuah Distopia

 

SURABAYA —Pada bulan Mei lalu, lewat website resminya, Orkes Silampukau mengumumkan bahwa penerbitan episode Stambul Arkipelagia berikutnya tak akan membutuhkan penantian lama. Wara-wara itu dilontarkan saat volume pertama dari album kedua mereka, Stambul Arkipelagia, resmi mengudara. Janji itu mereka bayar lunas pada 5 November lalu. 

Stambul Arkipelagia Vol. 2 berisi lima repertoar, dengan durasi putar lebih kurang 20 menit. Pada EP terbaru ini Orkes Silampukau mengundang Rio Sidik, seorang maestro terompet Indonesia, untuk berkolaborasi di trek pembuka album: Blues Bunga Api (Dan Maut Kian Benderang). EP terbaru ini juga diperkuat oleh dua virtuoso instrumen gesek: violinist Dika Chasmala kembali bergabung untuk memperkuat narasi musikal pada “Sentrapolis” (trek 3), dan cellist Billy Aryo pada trek 5 dengan judul “Masuk Angin”. 

Di Stambul Arkipelagia, Orkes Silampukau menawarkan sebuah kisah tentang sebuah negara-bangsa bernama Arkipelagia, sebuah fiksi tentang sebuah negeri maritim penuh marabahaya yang terletak di sekitar lingkar tropis. Negara Arkipelagia adalah perwujudan distopia terburuk dari peradaban manusia. Ia adalah negeri yang senantiasa terapung di masalalu dan masadepan yang jauh secara bersamaan; sebuah negeri yang senantiasa berada di ambang kenyataan dan khayalan. 

“Pendeknya, Arkipelagia ini adalah negeri amit-amit. Epos yang kami tulis dengan satu harapan besar: agar tragedi hanya terjadi di ranah fiksi semata, gak perlu jadi kenyataan hidup kita sehari-hari,” kata Kharis Junandharu, anggota Orkes Silampukau. 

“Besar harapan kami agar karya ini dapat dinikmati sedalam-dalamnya sebagai sebuah kisah fiksi. Sebuah pakansi singkat kala kenyataan demikian mengimpit, dan hari-hari terasa kian muskil, kian sulit,” tulis Orkes Silampukau di laman website mereka.

Di Stambul Arkipelagia: Vol. 2, Orkes Silampukau menawarkan eksperimen musik folk yang menjahit pusparagam musik folk dari pusparagam tradisi; timur dan barat, stilistika lampau dan kiwari, menjadi sebuah Fusion Folk yang menjadi landasan musikal negara fiktif ini. 

“Arkipelagia bagi kami, pertama-tama dan terutama, terlepas dari elemen-elemen lainnya, selalu merupakan platform eksperimental musik untuk bersenang-senang. Perpaduan celtic folk dan dangdut di EP volume 1, atau disko-manouche, dan punk dengan skala Phrygian di volume 2, dan juga episode soundscape untuk unsung hero, rasanya hampir mustahil dilakukan jika tidak dilandasi suatu justifikasi fiksional,” ujar Kharis Junandharu. “Jika worldbuilding yang diperlukan untuk memungkinkan eksperimentasi itu ternyata harus sebesar negara, maka biarlah demikian,” lanjutnya. 

“Mudah-mudahan eksperimen kami ini masih selaras dengan spirit fusi budaya dan genre trans-etnik yang, rasanya, merupakan ciri khas Komedi Stambul, yang lahir di Surabaya, kurang-lebih seabad yang lalu,” pungkas Kharis Junandharu.  

Orkes Silampukau kembali mempercayakan gambar sampul Stambul Arkipelagia: Vol. 2 kepada Redi Murti, seorang seniman visual asal Surabaya, yang karyanya telah turut menemani perjalanan musikal dari Orkes Silampukau sejak album Dosa, Kota, dan Kenangan. Stambul Arkipelagia: Vol. 2 diproduseri oleh Tommy Respati, dan diproduksi oleh Moso’ Iki Records & Stoopa Music. Proses mastering album ini dikerjakan oleh Barry Junius di Studio Prapen. 

Stambul Arkipelagia: Vol. 2 telah resmi mengudara dan dapat dinikmati lewat pusparagam digital streaming platforms mulai 5 November 2025 kemarin.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar