Kata Jancuk sendiri diambil dari sudut pandang yang berbeda, bukan untuk mengumpat atau menghina, tetapi lebih ke sapaan keakraban, konon kata Jancuk lahir dari nama seorang seniman asal Belanda 'Jan Cox' yang terkenal di Surabaya pada masa penjajahan Belanda, nama Jan Cox ditulisi pada Tank milik Belanda, nama terserbut kemudian dipakai prajurit TKR untuk memberitahukan kedatangan musuh, sejarah tersebut menjadi dasar untuk menggunakan nama 'Kroncong Jancuk'.
Di setiap perform 'Kroncong Jancuk' selalu menampilkan Joged Bumbung, hal ini bertujuan untuk meluruskan paradigma Joged yang terkesan negative bagi generasi muda.
'Kroncong Jancuk' (Instagram)
'Genjek Boncos' merupakan lagu yang menceritakan tentang seorang pemuda yang mengajak wanitanya untuk bercinta, tapi naas si wanita sedang PMS (Palang Merah) lagu ini memberi pesan, diliriknya MARE TOMBOK BEN BELI AJI MAKANAN, MARE TOMBOK BELI AJI NE RASA PISANG, ADUH LACUR DEWEK TIANGE PALANG MERAH BLI, ADUH LACUR LACUR BELI MAAFKAN TIANG SING NGIDANG GOYANG, ini memberi pesan terhadap laki laki bahwa harga diri seorang wanita tidak semurah makanan dan rasa yang menurut pria nikmat.
Bertepatan dengan 1 tahun hari jadi 'Kroncong Jancuk', single ketiga yg berjudul 'Genjek Boncos' resmi dirilis, sebuah apresiasi datang dari masyarakat mewakili insan musik Bali, 'Kroncong Jancuk' masuk nominasi Anugerah Musik Bali (AMB) yg pertama dengan kategori lagu kontemporer terbaik.
Lagu 'Genjek Boncos' ditulis oleh Gede Phaii, dan Clip Video digarap oleh DNJ PRODUCTION X JIBOLBA BAKER, disutradarai langsung oleh Gede Phaii sekaligus bertindak sebagai editor.
'Kroncong Jancuk' (youtube)
[Press Release] FJR/KJ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar